Belajar dari Pengalaman Magang MBKM Udhma di Yayasan SP Kinasih Yogyakarta

Sejak beberapa tahun belakangan, dunia semakin kuat merespon perubahan iklim yang makin dirasakan dampaknya dan makin mudah dikenali oleh siapapun. Mencairnya kutub, kemarau dan hujan berkepanjangan, angin ekstrim, cuaca yang tak mudah ditebak, dll yang berdampak para terjadinya kekurangan air bersih, gagal panen, dan dampak lain yang beragam. Bahkan beberapa kejadian ini semakin sering dirasakan di Kota Yogyakarta, terlebih angin puting beliung, cuaca yang tak menentu, hingga kekeringan. Berbagai aksi dan Langkah strategis yang menunjukkan relevansi iklim dan relevansi gender tersebut akan semakin kuat jika dikerangkakan dalam aksi dan kebijakan khusus perubahan iklim dan memperkuat kesetaraan gender. Upaya penguatan gender sangat penting dilakukan sehingga perempuan dan kelompok rentan mempunyai akses, control,  terlibat dan mendapatkan manfaat  khusus, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, monitoring, bahkan evaluasi dalam berbagai macam kegiatan ataupun pengambilan kebijakan public. Terlebih, dalam perubahan iklim mempunyai dampak specific dalam kehidupan dan berdampak beda bagi perempuan dan kelompok rentan lainnya  (anak-anak, remaja, lansia, difabel, gender minority). Pengalaman itu yang didapat Anugraheny Udhma, Mahasiswa Pendidikan Sosiologi yang melaksanakan kegiatan pembelajaran MBKM Magang di luar kampus. Udhma mendapatkan berbagai pengalaman selama magang ini.

Forum Group Discussion bersama Pelajar SMP : Forum anak & Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIKR)

Kegiatan Forum Group Discussion (FGD) dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 19 September 2021 di hotel Grand Zuri, Malioboro. Kegiatan ini dihadiri oleh 30 pelajar yang tergabung dari Forum Anak(FA) dan Pusat Informasi Konseling Remaja di Yogyakarta. Kegiatan ini sebagai rangkaian dari Pelatihan Integrasi Gender dan Perubahan Iklim dalam Aksi dan Kebijakan Lingkungan dalam rangka mewujudkan kebijakan perubahan iklim responsif gender, tapi sasaran kegiatan ini untuk anak-anak khususnya pelajar di Yogyakarta. Tujuannya agar anak-anak yang ada di Yogyakarta sadar akan perubahan iklim yang sedang terjadi. Selain itu, anak-anak diajak berpikir kritis tentang kegiatan-kegiatan yang sering dilakukan yang ternyata tidak ramah untuk iklim. Awal kegiatan dibuka dengan sambutan dilanjutkan dengan pemantik diskusi yang diberikan oleh kak Sana selaku ketua BEK SP Kinasih. Materi pemantik yang diberikan kak Sana sederhana, seperti apa yang dirasakan saat ini di Jogja, bagaimana kondisi iklim yang dirasakan anak-anak, hingga pernah tidak mengalami masalah kekeringan sebelumnya. Anak-anak yang ada di ruangan tersebut juga aktif menjawab dalam sesi ini. Ada yang merasa kepanasan, ada yang merasa aneh dengan pola iklim, ada yang merasa kekeringan, bahkan ada yang cerita bahwa ia sering belang kalau tidak menggunakan sunscreen/sunblock. Keresahan-keresahan yang diungkapkan oleh anak-anak disimpulkan oleh kak Sana lalu dijadikan bahan berkelompok dan berdiskusi “Lalu jika sudah begini, Yogyakarta itu tanggung jawab siapa?”.

Setelah itu, anak-anak dibagi menjadi kelompok sesuai bentuk kertas yang didapatkan saat registrasi oleh fasilitator. Dan saya mendapatkan kesempatan untuk menjadi co-fasilitator salah satu kelompok. Kelompok dengan bentuk kertas hati berwarna merah muda. Setelah anak-anak masuk ke kelompok yang dibagi fasilitator, masing-masing co-fas mulai mendampingi anak-anak dalam kelompok tersebut. Saya dan anak-anak sepakat menamai kelompok kami COOL dengan yel-yel ‘Siapa kami? Kami cool~’ sambil menggunakan tangan kanan membentuk huruf V dengan ibu jari dan jari telunjuk. Setelah itu kami mengerjakan penugasan pertama dengan cara mengidentifikasi nama lalu huruf pertama dikaitkan dengan huruf awal yang berbau iklim/perubahan iklim. Misalnya kak Hafidzh dengan hujan, Chelsa dengan CO2, Khalisa dengan kemarau, Nisa dengan nitrogen monoksida, dan Cut dengan climate strike.  Kata-kata tersebut disusun dalam paragraf padu, dalam rangka memulai membangun kritis berpikir sebelum memulai diskusi nanti. Lalu kami melakukan perkenalan dan presentasi terkait dengan penugasan pertama tadi. Setelah penugasan pertama selesai, kami mendapat coffee break sekitar 15 menit.

Setelah coffee break, kami masuk lagi kedalam meeting rooms lalu diberikan 2 vidio. Yang pertama tentang Gretta dan tentang perubahan iklim yang terjadi di Yogyakarta berdasarkan riset SP Kinasih. Kedua vidio ini memberikan gambaran tentang mengapa anak-anak harus sadar terkait dengan perubahan iklim. Perubahan iklim yang terjadi saat ini jelas mengancam masa depan anak-anak. Satu kalimat yang menggugah anak adalah mengapa kita mempersiapkan masa depan dengan matang sedangkan kita tidak tahu apakah kita dapat mencapai masa depan tersebut dengan perubahan iklim saat ini. Setelah penayangan kedua vidio tersebut, kelompok kembali mendapatkan penugasan untuk membuat pohon masalah.

Setiap kelompok diberikan waktu untuk berdiskusi selama 45 menit. Setelah dimulai, saya menjelaskan bagaimana anak-anak mengerjakan pohon masalah yang dikerjakan di kertas plano, saya juga memberikan kebebasan untuk kelompok dalam menghias hingga mewarnai hasil diskusi kelompok. Selanjutnya, kami bergiliran mempresentasikan pohon masalah yang sudah dibuat sebelumnya. Sesi presentasi ini juga ada sesi tanya jawab oleh seluruh peserta pelatihan.

Setelah semuanya selesai, kak Sana kembali menjelaskan lebih detail lagi terkait dengan perubahan iklim yang terjadi. Kak Sana sudah menjelaskan secara detail materi, fasilitator kembali memimpin acara. Fasilitator membuka RTL atau Rencana Tindak Lanjut dari pelatihan hari ini. Disepakati RTL tersebut berbentuk webinar yang dilakukan pada tanggal  26 September 2021.

Pelatihan atau Workshop bersama Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

Kegiatan pelatihan atau workshop ini dilaksanakan pada hari Senin dan Selasa tanggal 27-28 September 2021 di hotel Royal Darmo, Malioboro. Kegiatan ini dihadiri oleh 25 orang dari Satuan Kerja Perangkat Daerah atau SKPD di Yogyakarta. Kegiatan ini sebagai rangkaian dari Pelatihan Integrasi Gender dan Perubahan Iklim dalam Aksi dan Kebijakan Lingkungan dalam rangka mewujudkan kebijakan perubahan iklim responsif gender, tapi sasaran kegiatan ini untuk SKPD Yogyakarta. Tujuannya agar SKPD yang ada di Yogyakarta sadar akan perubahan iklim yang sedang terjadi. Selain itu, SKPD diajak untuk membuat peraturan baru terkait dengan perubahan iklim responsif gender.

Kegiatan pelatihan ini memiliki 4 materi yang akan disampaikan berupa Pemaparan Hasil Riset Inisitif Aksi Perubahan Iklim Responsif Gender di  Kota Yogyakarta, Pengetahuan tentang Perubahan Iklim dalam perspektif kebijakan dan program, Penguatan tentang kesetaraan gender, dan merancang Kota Impian Responsif Iklim dan Gender. Kegiatan hari pertama penyampaian materi pertama dan kedua dilanjutkan dengan diskusi. Lalu pada hari kedua dilanjutkan dengan penyampaian materi ketiga dan keempat, dilanjutkan diskusi terkait membangun kota yang ramah akan perubahan iklim responsif gender. Oleh karena itu, penting sekali diadakan penguatan pengetahuan dan kesadaran bagi kelompok rentan sebagai penerima dampak, dan ASN selaku pengambil kebijakan dalam bentuk pelatihan sehingga aksi dan kebijakan lingkungan yang ada tidak hanya relevan gender dan iklim tetapi juga ditujukan untuk memperkuat kesetaraan gender, dan sebagai upaya adaptasi serta mitigasi perubahan iklim di Kota Yogyakarta.