Mahasiswa Sosiologi ikuti program Summer School di Inha University-Korea

Mahasiswa saat ini tidak hanya dituntut untuk mahir berorganisasi, terampil dan mampu memahami pembelajaran di bangku perkuliahan. Namun, mahasiswa juga harus mengantongi banyak pengalaman, kali ini mahasiswa yang bernama Ulfah Nur Hikmawati akan berbagi pengalaman mengenai summer school yang dia ikuti beberapa minggu yang lalu. Belum lama ini juga banyak perbincangan mengenai cuitin di media social Twiiter yang diprakasai oleh Ibu Ersa Tri Wahyuni, beliau adalah salah satu dosen di Universitas Padjadjaran Bandung. Beliau menyampaikan salah satunya adalah pentingnya international exposure bagi para mahasiswa. Bahwa  international exposure, summer camp atau exchange program dan lain sebagainya nanti dikemudian hari dapat menjadi modal bagi mahasiswa itu sendiri.

Tahun ini Ulfah Nur Hikmawati, Mahasiswa Pendidikan Sosiologi  mendapat kesempatan untuk mengikuti program summer school yang digelar oleh salah satu universitas di Korea Selatan. Universitas tersebut adalah INHA University yang berada di kota Incheon. Program tersebut dilaksanakan selama 3 minggu lamanya, dimana pada hari senin sampai kamis para peserta mendapatkan pembelajaran di kelas dan untuk hari jum’at para peserta harus mengikuti field trip yang sudah dijadwalkan. Ulfah menuturkan dalam program tersebut disediakan banyak mata kuliah, sehingga para peserta dapat memilih mata kuliah sesuai dengan keinginannya atau sesuai dengan jurusan di universitas asal peserta. Satu mata kuliah wajib yang harus diikuti adalah Korean Culture Workshop dan dua mata kuliah lainnya peserta dapat bebas memilih. Ulfah menambahkan bahwa dia memilih dua mata kuliah yang sesuai dengan passion-nya dan relevan dengan jurusan dari kampus asalnya yaitu Pendidikan Sosiologi. Dia  memilih mata kuliah Introduction to Korea and its Culture dan Introduction to Korea Cinema. Alasan Ulfah mengapa banyak memilih mengenai budaya Korea Selatan, karena akhir-akhir ini budaya Korea Selatan atau sering disebut Hallyu atau Korean Wave sedang menjadi fenomena yang mungkin saja sudah memasuki budaya masyarakat Indonesia saat ini.

Ulfah menjelaskan, peserta program tersebut diberikan fasilitas dormitory yang cukup keren. Fasilitas yang ada meliputi dinning hall dimana peserta mendapatkan sarapan dan makan malam setiap harinya, akses WiFi setiap saat, tempat gym, laundry, lab computer, serta ruang baca dan belajar. Masih banyak fasilitas yang didapatkan, seperti keamanan yang sangat bagus dan kesehatan para peserta yang sangat diperhatikan. Dalam satu kamar diisi oleh empat peserta, pembagian roommate yang dilakukan oleh panitia sangat memudahkan para peserta karena satu kamar diisi oleh peserta dengan asal negara yang sama. Dia juga menekankan bahwa sekali dalam seminggu bagian international center selalu menanyakan kabar dan memberikan email mengenai takaran gizi dan kalori yang terdapat dalam makanan yang dihidangkan di dinning hall. Terdapat dua pilihan menu setiap sesi makan yaitu menu internasional dan menu makanan lokal. Untuk teman-teman yang beragama Islam tentunya mereka selalu mengingatkan jika ada makanan yang mengandung babi, biasanya mereka memberi gambar boneka babi pada hidangan tersebut. Selain fasilitas asrama, peserta juga mendapatkan fasilitas kampus seperti akses tempat olahraga, akses perpustakaan dan ruang kelas dengan teknologi yang memadai.

Gadis yang juga merupakan atlet basket ini menceritakan bahwa kegiatan selama dikampus sangat mengasyikkan, walaupun dalam satu mata perkuliahan membutuhkan waktu selama tiga jam. Menurutnya hal tersebut sangatlah tidak membosankan karena dosen yang mengajar memiliki metode yang berbeda-beda setiap harinya. Misalkan saja, dalam mata kuliah Introduction to Korea Cinema, dosen yang Bernama Dr. Jason Bechervaise kerap menayangkan film dalam satu pertemuan, pada hari selanjutnya para peserta diwajibkan untuk dapat menjelaskan berbagai aspek yang termuat dalam film tersebut. Diskusi-diskusi yang ringan selalu berjalan dengan lancar walaupun banyak peserta yang memiliki perbedaan kewarganegaraan seperti USA, Perancis, China, Thailand, Singapura, Uzbekhistan dan masih banyak lagi. Ulfah menambahkan bahwa para dosen pengampu memiliki kredibilitas yang tinggi mereka professional menggunakan Bahasa Inggris dengan penuh begitupun para asisten dosennya yang selalu membantu apabila terjadi masalah atau ketidakpahaman yang dialami oleh peserta. Menurut Ulfah yang paling mengesankan selama perkuliahan yang dilakukan di INHA University adalah ketepatan waktu yang dilakukan oleh berbagai pihak, dimana kita selalu dituntut untuk tepat waktu dalam melakukan berbagai kegiatan. Ulfah menuturkan selain pembelajaran yang dilakukan di kelas, para peserta mendapatkan kegiatan Field Trip dimana kegiatan tersebut dilaksanakan di Myeongdong dengan menyaksikan Show ‘Nanta’  dan pergi ke Lotte World. Menurut Ulfah di sana sepertinya para dosen dan staff sangat memperhatikan kebahagiaan mental para peserta sehingga diadakan Field Trip tiap minggunya. Dalam kegiatan Field Trip menurutnya tidak hanya untuk bersenang-senang karena di dalamnya terdapat pengenalan-pengenalan budaya masyarakat Korea Selatan secara langsung.

Pengalam dunia luar memang sangat diperlukan saat ini, sehingga mahasiswa tidak hanya meilihat kondisi sosial yang terjadi di masyarakatnya namun juga dapat melihat serta membandingkan berbagai kondisi sosial di berbagai penjuru dunia. Hal tersebut bermanfaat untuk mahasiswa menghadapi tantangan, menghadapi perubahan dan dapat berpikir secara luas. Saat ini banyak sekali tawaran-tawaran program international mulai dari yang dibiayai pribadi dan bahkan full beasiswa. Oleh sebab itu mahasiswa yang memiliki keinginan untuk mendapatkan pengalaman internasional sangatlah terbuka lebar. (UNH)