Pengalaman Natanael, Mahasiswa Pendidikan Sosiologi Angkatan 2020 yang Mengikuti Pertukaran Pelajar di Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI) Malaysia

Halo.. Saya Natanael Anang Yuanda, seorang mahasiswa dari Program Studi Pendidikan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta angkatan 2020. Pada semester ini, saya mendapatkan kesempatan untuk bisa ikut program pertukaran pelajar yang merupakan salah satu program dari Kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka. Impresi pertama saya saat mengetahui dibukanya program pertukaran pelajar bersama Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI) Malaysia yaitu sangat senang sekali karena saya bisa mendapatkan kesempatan untuk bisa belajar di salah satu kampus yang berada di luar negeri. Pengalaman ini merupakan hal yang sangat penting bagi saya —seorang mahasiswa pada era globalisasi— untuk meningkatkan kemampuan saya dalam berinteraksi dengan masyarakat global dan memahami kondisi-kondisi di dalam kehidupan masyarakat global.

Saya mengetahui informasi tentang program pertukaran pelajar dengan UPSI Malaysia ini melalui dosen saya. Pada saat itu, saya sangat tertarik saat pertama kali melihat pamflet yang disebarkan oleh dosen saya. “Wah, bisa ikut kuliah di Malaysia nih!” Pikir saya saat itu. Kemudian, saya menhubungi teman-teman saya dan membujuk mereka agar ikut juga dalam program pertukaran pelajar tersebut. Setelah mengisi formulir pendaftaran, saya menunggu beberapa hari untuk melihat pengumuman terkait siapa saja yang ikut dalam program tersebut. Setelah pengumumuman muncul, saya agak terkejut karena saya adalah satu-satunya laki-laki yang ikut dalam program pertukaran pelajar dengan UPSI Malaysia. Menurut saya, program seperti ini dapat mendukung mahasiswa untuk menjalankan program kegiatan belajar di luar kampus dengan baik sehingga semakin merasa merdeka dalam belajar, sesuai dengan slogan kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka.

Kegiatan pertama yang saya ikuti di Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI) Malaysia adalah acara orientasi mahasiswa yang diadakan pada tanggal 12 Oktober 2021. Dalam acara tersebut, bersama mahasiswa-mahasiswi lainnya, kami dikenalkan dengan seluk-beluk UPSI Malaysia, mulai dari sejarahnya, lingkungan, serta budaya belajar yang ada di UPSI Malaysia. Acara orientasi mahasiswa tersebut berjalan dengan baik dan meriah —walaupun dilakukan melalui media daring.  Pada 25 Oktober 2021, kelas pertama saya di UPSI Malaysia dimulai. Pada pertemuan tersebut, kami belum melakukan kegiatan pembelajaran, tetapi melakukan perkenalan dan pemberian informasi terkait dengan kegiatan perkuliahan untuk satu semester ke depan pada mata kuliah Perubahan dan Pembangunan Sosial. Kelas dibagi menjadi dua. Saya mendapatkan kesempatan untuk belajar di kelas A. Saya juga didaftarkan di sistem LMS UPSI Malaysia —myguru.upsi.edu— agar bisa mengakses bahan-bahan belajar serta tugas-tugas yang diberikan oleh dosen pengampu.

Pada pertemuan ke dua, kelas diisi dengan penjelasan tugas individu dan kelompok, dilanjutkan dengan pemaparan materi terkait dengan pengantar dan konsep perubahan sosial. Saya sangat senang karena mahasiswa UPSI Malaysia sangat ramah. Mereka langsung menawari kami, mahasiswa dari UNY, untuk bergabung dengan kelompok-kelompok mereka. Produk dari penugasan kelompok ini adalah sebuah pameran digital. Kami mendapatkan tema untuk penugasan kelompok tentang Social Gathering. Untuk penugasan individu, kami diminta untuk membuat poster tentang Cancel Culture. Pada penugasan individu ini, saya mengangkat tema cancel culture yang terkait tentang isu-isu perempuan di Indonesia. Pertemuan demi pertemuan berlangsung dengan baik. Akan tetapi, ada satu hal yang tidak saya perkirakan sebelumnya, yang mengganggu proses pembelajaran saya di UPSI Malaysia, yaitu keterbatasan kemampuan Bahasa Melayu yang saya miliki.

Saya tidak mengira bahwa Bahasa Melayu akan sangat terdengar asing di telinga saya. Saya kira, dengan seringnya menonton animasi Upin dan Ipin, saya akan bisa memahami Bahasa Melayu dengan baik. Ternyata, Bahasa Melayu tidak semudah itu. Saya harus membaca kembali materi-materi setelah pertemuan berlangsung agar bisa memahami materi-materi yang disampaikan. Di sisi lain, saya sangat senang ketika mengikuti kelas di UPSI Malaysia karena saya bisa belajar banyak terkait dengan kondisi-kondisi sosial budaya yang ada di sana. Banyak sekali informasi yang saya dapatkan yang bermanfaat bagi saya, seorang mahasiswa di era globalisasi ini. Dari program ini, saya juga bisa membangun relasi dengan mahasiswa-mahasiswi dari UPSI Malaysia. Banyak sekali manfaat yang saya dapatkan dari program pertukaran pelajar ini. Semoga, ke depannya, kerja sama ini bisa terus dikembangkan sehingga bisa lebih bermanfaat bagi mahasiswa-mahasiswi yang sedang mencari ilmu dan pengalaman, serta mempersiapkan masa depan di era globalisasi. (Natan)