Sekolah Selamat Pagi Indonesia: Melampaui Keterbatasan melalui Mimpi.

Hari Rabu tanggal 19 November lalu, jurusan Pendidikan Sosiologi mendapatkan kunjungan dari SMA Selamat Pagi Indonesia Batu Malang, yang diwakili oleh 5 siswa. Kegiatan ini bukan hanya sekedar kunjungan, namun juga merupakan sesi sharing motivasi dari siswa siswi SMA Selamat Pagi Indonesia kepada mahasiswa Jurusan Pendidikan Sosiologi, terutama angkatan 2017 dan 2018. SMA Selamat Pagi Indonesia (SPI) merupakan SMA berasrama (Boarding school) dengan murid dari seluruh Indonesia yang beranekaragam baik agama maupun suku menjadikan SMA Selamat Pagi Indonesia menjadi unik dan kompleks. SMA Selamat Pagi Indonesia merupakan SMA gratis dimana seluruh biaya hidup dan biaya pendidikan ditanggung sepenuhnya oleh Yayasan dan dilaksanakan oleh sekolah (http://www.selamatpagiindonesia.org/tentang-spi/). Sekolah ini juga menjadi sekolah berbasis enterpreneurship yang memiliki laboratorium terpadu bernama Kampoeng Succezz dengan usaha berupa restoran, hotel, kampung kids, pertanian, dan peternakan, yang kesemuanya dikelola oleh siswa dan siswi sekolah tersebut. Sekolah ini menjadi spesial karena input siswa sebagian besar berasal dari keluarga tidak mampu maupun anak yatim piatu yang tidak mampu melanjutkan sekolah ke jenjang SMA. Keterbatasan ini yang justru mampu dikelola oleh guru, pembina, dan juga siswa sendiri untuk mengembangkan bakat dan kemampuan secara maksimal, melalui pendidikan berbasis kecakapan hidup (life skill).

Proses pembelajaran siswa baik secara personal maupun institusional (kurikulum sekolah), yang kemudian dibagikan oleh ke-4 siswa dari SMA SPI, yaitu Ridwan (alumni), Rocky, Paula, dan Michel kepada para mahasiswa Pendidikan Sosiologi. Mereka menyampaikan tentang bagaimana merubah keterbatasan menjadi semangat dan kreativitas, salah satunya melalui Dream Book yang ditulis ketika pertama kali masuk ke SMA SPI, berisi keinginan jangka pendek, menengah, dan jangka panjang. Sharing motivasi ini berlangsung dengan menarik dan antusiasme dari mahasiswa, dibuktikan dengan beberapa pertanyaan yang diajukan. Salah satu pertanyaan yang muncul adalah bagaimana cara menumbuhkan semangat di tengah keterbatasan secara ekonomi maupun dukungan. Dalam kegiatan sharing tersebut, disebutkan juga value (nilai) yang menjadi pegangan utama SMA SPI untuk tetap semangat dan berkarya di tengah perbedaan dan keterbatasan yang ada, yaitu melalui konsep PAKSA. PAKSA ini merupakan akronim dari Pray, Attitude, Knowledge, Skill, dan Action yang menjadi pedoman bersama dalam pengembangan kurikulum, badan usaha, serta proses pembelajaran.

Kegiatan ini berlangsung selama 2 jam yang diakhiri dengan pemaparan tentang perlunya memiliki mimpi dalam kehidupan. Karena melalui mimpi, kita akan membangun langkah-langkah, target, dan jangka waktu yang jelas dalam rangka menggapai mimpi tersebut. Satu kalimat yang menjadi “mantra” dalam membangun dan menggapai mimpi tersebut adalah “bisa tidak bisa harus bisa”. Kalimat ini menjadi pegangan dari setiap siswa di SMA SPI untuk tetap memiliki mimpi dan berusaha menggapai mimpi tersebut melalui kecakapan (life skill) yang diberikan di sekolah baik oleh guru maupun pembina. Harapannya, mahasiswa Pendidikan Sosiologi dapat meneladani semangat dan kerja keras dengan memaksimalkan dan memanfaatkan kesempatan yang dimiliki, yaitu kesempatan untuk mengenyam pendidikan di universitas salah satunya. (Sasiana).